Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bahaya Tipu daya Nafsu Syahwat Dalam Kajian Kitab Nasoihul Ibad Sesi 27

Tentang Dunia Dan Kematian


Dalam pertemuan sebelumnya kami telah membahas tentang Nasehat yang ke 26 di dalam Kitab "Nasoihul ibad Syarah Al munabbahat alal isti’dad liyaumil maad". Tentang larangan Kufur nikmat Allah SWT dan ancaman kerugian bagi orang yang bodoh.

Pada kesempatan ini kami akan membahas tentang Nasehat yang Ke 27 dalam Kitab yang sama namun dengan pembahasan yang berbeda, Langsung saja masuk dalam pembahasan supaya menyingkat kalimat ini supaya mudah untuk di pahami. Amin.


TENTANG DUNIA DAN KEMATIAN

Kematian adalah suatu ancaman berat yang nenakutkan bagi seseorang yang mencintai hal duniawi namun sebaliknya suatu yang di dambakan bagi seorang hamba yang sholeh, karna kehidupan dunia adalah tempat berlomba untuk menuju Akhirat. bagaimanapun meski demikian kematian akan datang kepada setiap mahluk yang bernyawa dan telah di tetapkan waktu datangnya ajal oleh Allah SWT.

kenikmatan dunia memang sangat menggoda bagi manusia yang menuruti nafsu syahwatnya, ibarat semut tak akan kuat jika melihat gula yang bertaburan, begitu juga dengan manusia yang menuhankan nafsu syahwatnya tak akan kuat melihat banyaknya godaan dunia.

tak heran jika masih banyak seorang diantara kita yang tertipu dengan kenikmatan duniawi, meski telah jelas Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an bahwa dunia dan seisinya hanya permainan dan perhiasan yang menipu manusia.


وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ


"Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti? (QS. Al-An'am :32)

dalam Ayat lain Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an:


ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ


 

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid :20)

Dari ayat diatas Allah SWT mengabarkan kepada kita bahwa seluruh yang berhubungan dengan dunia adalah kerugian besar, dan setiap yang berhubungan dengan Akhirat adalah keuntungan besar di Akhirat.

Namun mengapa kita selalu di lalaikan oleh Syahwat dalam diri kita untuk selalu Memuja kenikmatan duniawi hingga kita terlupa Atas kehidupan Akhirat.

Seorang Penyair Berkata :


يا من بدنياه اشتغل  **  قد غره طول الأمل 

اولم يزل في غفلة ** حتى دنا منه الأجل 

الموت يأتي بغتة   **  والقبر صندوق العمل 

اصبر على اهولها  **  لا موت إلا بالأجل


Wahai Orang yang sibuk dengan dunianya

Sungguh telah Tertipu oleh Angan-anganmu yang panjang

Apa kau tak merasa dirimu lupa?

Hingga datang kepadamu waktu ajal (Mati)

Maut itu datang secara Tiba-tiba

Dan kubur itu adalah peti amal di dunia

Sabarlah dengan Ujian selama Hidup di Dunia

Tiada kematian melainkan ajalnya akan Tiba"


Syair ini menjelaskan bagaimana kondisi kita saat ini yang telah tertipu hingga lupa kepada sang Pencipta, urusan dunia memang sudah melekat di dalam benak pikiran setiap orang, hanya Orang-orang pilihan sang Pencipta yang mampu meninggalkan kenikmatan dunia yang menipu ini.

Pada hakikatnya meskipun itu tak mudah setidaknya sebagai hamba yang beriman kita mementingkan Akhirat di banding kehidupan dunia mengapa begitu? Ya,, Karna memang sebaik-baiknya kehidupan adalah kehidupan Akhirat bagi seorang Mukmin sebagaimana Firman Allah SWT pada Ayat diatas.

dalam hidup ada pilihan dan dalam pilihan itu harus ada pencapaian yang akan tercapai dengan Kesabaran serta kemauan yang kuat meski pedih di rasa, bahkan Nabi Muhammad SAW mengingatkan kepada kita bagaimana pedihnya sabar atas kenikmatan dunia beliau bersabda:


تَرْكُ الدُّنْيَا اَمَرُّ مِنَ الصَّبْرِ وَاَشَدُّ مِنْ حَطْمِ السُّيُوْفِ فِى سَبِيْلِ اللهِ وَلَا يَتْرُكُهَا اَحَدٌ اِلَّا اَعْطَاهُ اللهُ مِثْلَ مَا يُعْطِى الشُّهَدَاءَ وَتَرْكُهَا قِلَّةُ الْاَكْلِ وَاشَّبْعِ وَبُغْضُ الثَّنَاءِ مِنَ النَّاسِ فَإِنَّهُ مَنْ اَحَبَّ الثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ اَحَبَّ الدُّنْيَا وَنَعِيْمَهَا وَمَنْ سَرَّهُ النَّعِيْمُ كُلُّ النَّعِيْمِ فَلْيَدَعِ الدُّنْيَا وَالثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ.


 “Meninggalkan kenikmatan dunia Lebih pahit dari pada Jadam dan lebih pedih rasanya di banding goresan pedang dalam medan perang Fi Sabilillah, dan tiada yang mau meninggalkan kecuali allah anugerahkan kepada orang tersebut seperti anugrah yang di dapat oleh Syuhada’, dan hanya orang yang sedikit makan dan minum (tidak rakus) , tidak haus pujian dari orang lain.

Dan barang siapa yang suka memperoleh kenikmatan yang paling nikmat maka hendaklah untuk meninggalkan kenikmatan dunia dan pujian dari manusia” (HR.Ad-dailamiy)

Dari hadist di atas Jelas apa yang sudah di sampaikan Nabi Muhammad SAW, bahwa meninggalkan dunia tak mudah bagi orang yang di hatinya ada sedikit untuk mencicipi kenikmatan dunia, Padahal dunia ibarat Peti yang harus kita isi dan kita jadikan bekal kelak di akhirat, dunia ini adalah jembatan untuk kita sampai Kepada ridho Allah SWT.

dalam Hadist lain Nabi Muhammad SAW juga telah menjelaskan bahwa seorang yang rakus atas nikmat dunia maka akan Allah SWT jadikan kemiskinan di antara kedua matanya dan Allah akan hancurkan semua keinginannya.


مَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الْاَخِرَةَ جَمَعَ اللهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَاَتَتْهُ الدُّنْيَا رَاغِمَةً وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ اَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا اِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ.


 

"Barang siapa niatnya menginginkan Akhirat maka Allah SWT akan berikan kekuatan serta menjadikan kekayaan dalam hatinya dan dunia akan datang dengan sendirinya, dan barang siapa niatnya hanyalah untuk dunia maka Allah SWT akan mempersusah segala urusannya, dan dijadikan kemiskinan diantara kedua matanya serta tidak akan mendapatkan kenikmatan dunia kecuali yang telah Allah SWT tuliskan". (HR.Ibnu Majah)

kita sering berfikir bahwa kaya itu memiliki aset tak terbatas atau mobil dan rumah megah, padahal hakikat kaya ialah seorang yang mendapatkan ketenangan hidup tanpa menyusahkan dan merugikan orang lain.

teruslah kejar dunia engkau hanya akan mendapat kepahitan yang mengecewakan, dunia tak akan pernah ridho jika jatuh dan di nikmati oleh orang baik karna jika dunia jatuh ketangan orang baik, maka tak akan ada lagi manusia yang akan ditipu oleh kenikmatannya.

Untuk itu jadikan catatan ringkas ini untuk mengingatkan kita Tentang bahaya kenikmatan dunia dan mengingatkan kita untuk selalu mementingkan amal akhirat.

Referensi : “Nasoihul ibad Syarah Al munabbahat alal isti’dad liyaumil maad”  Hal:14/15 Cet:Maktabah As-salam DKI. TH.2018

Wallahu A’lam.....

Posting Komentar untuk "Bahaya Tipu daya Nafsu Syahwat Dalam Kajian Kitab Nasoihul Ibad Sesi 27"