Mintalah Hanya Kepada Allah Kajian Kitab Syarh Nasoihul Ibad Sesi Ke 31
Dalam pembahasan sebelumnya kita telah usai membahas tentang bagaimana untaian nasehat indah dari hadits,perkataan ulama' dan beberapa nasehat dari sahabat, dalam sesi kajian kitab Syarah Nashaihul ibad karya imam Muhammad bin umar Nawawi Al-jawi Al-Bantani yang pertama hingga nasehat ke 30. Dalam kesempatan ini kita melanjutkan dengan nasehat Bab yang ketiga yaitu:
وفيه خمس وخمسون موعظة، سبعة أخبار والباقى آثار
المقالة الأولى
ada 55 nasehat yang 7 adalah Hadits Nabi Muhammad SAW dan sisanya adalah nasehat para sahabat dan tabi'in,
Nasehat yang pertama disini adalah satu riwayat hadits yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW :
روى عن النبي صلى الله عليه وسلم
مَنْ اَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُوْ ضِيْقَ الْمَعَاشِ فَكَأَنَّمَا يَشْكُوْ رَبَّهُ وَمَنْ اَصْبَحَ لِاُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا فَقَدْ اَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَى اللهِ وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ فَقَدْ ذَهَثَ ثُلُثَا دِيْنِهِ
Barangsiapa yang bangun di pagi hari kemudian mengadu tentang kesulitan kehidupannya, maka ia ibarat mengadu kepada tuhannya (Allah) dan barangsiapa yang di pagi hari ia bersedih tentang urusan dunia, maka sungguh dia telah bangun dalam keadaan murka kepada Allah SWT, barangsiapa yang tunduk kepada seseorang karena kekayaannya, maka telah hilang separuh dari imannya.
dalam hadist yang disampaikan Nabi SAW di atas terdapat 3 makna yang mendalam.
maksud hadits yang pertama adalah apabila mengeluh kepada manusia tentang sulitnya hidup, maka sebagaimana mengadu kepada tuhannya.
hal ini menurut para Ulama' kalimat mengadu kepada Tuhannya yaitu bermakna doa.
- Saat ia mengeluh dengan contoh kalimat yang buruk : "Hari ini saya sulit sekali mendapat Rezeki, atau hari ini saya mendapat musibah terus menerus".
- maka kalimat yang keluar dari ucapannya itu termasuk doanya kepada Allah SWT.
- dan juga sebaliknya apabila ia mengeluh dengan contoh kalimat yang baik: "hari ini saya ditimpa musibah tetapi alhamdulillah semua bisa saya lalui, hari ini saya tidak mendapat rezeki semoga saja nanti ada rezeki yang lebih besar".
- maka kalimat yang keluar dari ucapannya itu juga termasuk doanya kepada Allah SWT.
Tak heran jika kita sering mendengar satu ucapan yang sangat baik dari pepatah yaitu, Ucapan adalah doa, inilah yang dimaksud hadits yang pertama.
mengapa hadist ini bermakna doa, karena menurut para ulama, tidak boleh seorang muslim mengeluh secara mutlak kepada makhluk kecuali mengeluh kepada Allah Swt.
Dalam islam, mengeluh adalah perbuatan yang tidak terpuji, karena dengan mengeluh seolah menggambarkan bahwa dirinya tidak ridho dengan apa yang datang dari Allah Swt, tidak ikhlas menerima apa yang Allah tentukan kepada dirinya.
Rasulullah SAW pernah bersabda kepada sahabatnya menceritakan bagaimana bala' musibah yang ditimpa oleh Nabi Musa AS saat dikejar oleh bani israil hingga menyeberangi lautan, Beliau bersabda :
اَلَا اُعَلِّمُكُمُ الْكَلِمَات ِالَّتِى تَكَلَّمَ بِهَا مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ حِيْنَ جَاوَزَ الْبَحْرَ مَعَ بَنِى اِسْرَائِيْلَ ؟ فَقُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ, قَالَ : قُوْلُوْا : اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَاِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَاَنْتَ الْمُسْتَعَانَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِى الْعَظِيْمِ
Apakah kalian ingin tahu tentang ucapan Nabi Musa AS kepada Allah SWT,ketika Allah selamatkan dari kejaran bani Israil hingga menyeberangi lautan? maka sahabat menjawab: Ya" Wahai Rasulullah, Kemudian Rasulullah SAW menjawab: "Ucapkan , Allahumma Lakal hamdu wa ilaikal musytaka wa antal musta'an wala haula wala Quwwata illa billahil Aliyil Adzim.
Nabi Musa As saat diberi musibah oleh Allah SWT, beliau berdoa dengan kalimat "Wa Ilaikal Musytaka" yang artinya : hanya kepadamu aku mengeluh.
secara tidak langsung Rasulullah SAW mengajarkan kepada sahabatnya untuk tidak mengeluh dalam kondisi apapun, dan apabila ingin mengeluh, maka mengeluhlah sebagaimana Nabi Musa AS mengeluh kepada Allah Swt saat diuji dari kejaran Bani Isra'il. Dan ini termasuk teguran Rasulullah SAW kepada kita umatnya, bahwa tiada tempat yang hak untuk kita mengeluh kecuali kepada Allah SWT.
kemudian makna Hadits yang kedua diatas, yaitu tentang seorang yang bangun dalam keadaan pagi dan mengeluh tentang hal duniawi adalah : "Apabila seorang mengeluh kepada Allah maka seolah ia tidak ridha atas ketentuan yang Allah berikan kepadanya, mengapa begitu? karena seluruh yang berjalan didunia ini adalah ketentuan Allah SWT, dan wajib kita menerima apapun yang Allah berikan kepada kita
maka hendaknya sebagai seorang muslim, tak selayaknya kita sering mengeluh apalagi tentang hal duniawi.
dan makna hadits yang ketiga, Rasulullah SAW melarang kita untuk menghormati seseorang karena kekayaannya, mengapa? karena dalam Syariat Allah SWT tidak pernah mengajarkan untuk menuhankan harta,tahta dan kekayaan, Melainkan mengagungkan kemuliaan seseorang karena ilmu agamanya dan ilmu pengetahuannya,
maka tak heran jika para ulama' terdahulu berkata :
من أكرم المال أهان العلم و الصلاح
"Barang siapa yang memuja harta, sesungguhnya ia telah menghina ilmu dan kebenaran.
perkataan ini memang sangat benar, bahwa seorang yang memuja harta ia akan diperbudak oleh hartanya meskipun ia mempunyai ilmu, dan ia juga akan menjual kebenarannya dengan harta yang ia inginkan.
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani memberikan Nasehat kepada kita untuk terhindar dari tiga hal yang disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits diatas, beliau berkata:
لَابُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ فِى سَائِرِ اَحْوَالِهِ مِنْ ثَلَاثَةِ اَشْيَاءَ : اَمْرٌ يَمْتَثِلُهُ وَنَهْيٌ يَجْتَنِبُهُ وَقَدَرٌ يَرْضَى بِهِ
Setiap orang mukmin harus berada dalam 3 keadaan:
- melaksanakan apa yang diperintahkan Allah.
- menjauhi apa yang dilarang Allah.
- dan Ridho dengan Qodho dan Qodar (ketentuan yang Allah berikan)
Apabila kita telah menjalankan ketiga hal ini maka kemungkinan besar kita tidak akan banyak mengeluh kepada Allah, kita tidak akan memuja harta melebihi Syariat, kita akan selalu menerima dengan apa yang Allah tentukan. AMIN.
Semoga kalimat diatas bisa dipahami dan menjadi manfaat bagi kita semua.
Wallahu A'lam...
Posting Komentar untuk "Mintalah Hanya Kepada Allah Kajian Kitab Syarh Nasoihul Ibad Sesi Ke 31"