Tentang Munajah dan Meminta Ampunan Allah Kajian Kitab Nasoihul Ibad Sesi 28
Munajah dan Meminta Ampunan Allah SWT
Dalam pembahasan yang lalu kami sudah membahas tentang kutipan nasehat yang ke 27, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang nasehat selanjutnya yang ke 28 di dalam Kitab : "Nasoihul Ibad Syarah Alal Munabbihat alal isti'dah liyaumil maad". Nasehat ke 28 ini di ucapkan oleh Abi bakar Assyibli termasuk salah satu tokoh yang arif di zamannya, beliau mengucapkan nasehat ini dalam munajahnya kepada Allah SWT.
Abi Bakar Dulaf bin jahdar Asy-syibli Rahimahullah berkata :
إِلَهِى اِنِّى اُحِبُّ اَنْ اَهَبَ لَكَ جَمِيْعَ حَسَنَاتِى مَعَ فَقْرِىْ وَضُعْفِى فَكَيْفَ لَاتُحِبُّ سَيِّدِىْ اَنْ تَهَبَ لِىْ جَمِيْعَ سَيِّئَاتِىْ مَعَ غِنَاكَ مَوْلَايَ عَنِّى
"Wahai tuhanku, sungguh aku lebih menyukai menyampaikan tentang kebaikanku,kekuranganku dan kelemahanku di hadapanmu, lalu bagaimana mungkin engkau tidak memberikan anugerah kepadaku atas keburukanku, dengan kekayaanmu untuk tidak menyiksaku".
di dalam munajah Abi Bakar Asy-Syibli di atas menjelaskan tentang bagaimana harapan seorang hamba kepada Allah SWT.
Kekurangan dan kelemahan diatas di jelaskan Oleh imam Muhammad ibn umar Nawawi Al-bantani Al-Jawi adalah bentuk untuk memperoleh kebaikan.
sedangkan kelemahan diatas adalah bentuk untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT dan permohonan agar tidak di siksa oleh Allah SWT karna kejelekan seorang hamba tidak akan merugikan penciptanya dan kebaikan seorang hamba juga tidak akan memberi manfaat kepada penciptanya.
Sebagian guru dari Abi Bakar Dalaf ibn Jahdar Asy-syibli mengijazahkan kepadanya agar membaca tujuh kali bait ini setelah sholat jum'at :
إِلَهِى لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ اَهْلًا # وَلَا اَقْوَى عَلَى النَّارِ الْجَحِيْمِ
فَهَبْ لِى تَوْبَةً وَا غْفِرْ ذُنُوْبِى # فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ
وَعَامِلْنِى مُعَامَلَةَ الْكَرِيْمِ # وَثَبِّتْنِى عَلَى النَّهْجِ الْقَوِيْمِ
"Wahai tuhanku, aku bukanlah orang yang pantang menghuni Firdaus (Surga)
dan aku tidak mampu atas pedihnya siksa nerakamu
maka berikanlah kepadaku jalan taubat agar mendapat ampunanmu
karna sesungguhnya engkau maha pengampun atas segala dosa yang besar
dan berilah petunjuk dalam amal yang terpuji
dan tetapkanlah dalam jalan yang lurus"
Asy-syibli RA datang kepada Ibnu Mujahid kemudian ibnu mujahid merangkul dan mencium kedua matanya. kemudian Asy-syibli bertanya, "mengapa engkau melakukan ini wahai ibnu mujahid?
lalu ia bercerita bahwa ketika ia tidur bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, Nabi SAW berdiri dan menghampirimu tak lama mencium keningmu.
aku bertanya kepada Nabi Muhammad SAW : "Wahai Nabi mengapa engkau mencium Asy-Syibli?
lantas beliau menjawab :" Aku melakukannya karna setiap ia selesai melakukan shalat fardu ia membaca :
لَقَدْ جَآءَ كُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِ يْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِ يْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْ مِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّ حِيْمٌ . فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لَآ اِلَهَ اِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (QS-At-Taubah :128/129)
dan ia melanjutkan membaca :
صلى الله عليك يا محمد
"Semoga Shalawat Allah SWT di limpahkan kepadamu Wahai Muhammad.
Kemudian setelah bercerita tentang mimpi tersebut Ibnu Mujahid bertanya kepada Asy-Syibli tentang kebenaran bacaan dalam mimpi tersebut.
kemudian Asy-Syibli menjawab : "Ya benar bacaan itu selalu aku baca seusai melaksanakan shalat Fardu.
dalam kisah ini banyak hal yang bisa kita ambil untuk di jadikan pelajaran dalam hidup, termasuk bagaimana cara kita meminta dan bermunajah kepada Allah SWT.
pelajaran lain yang kita dapat bahwa shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW akan tersampaikan dan juga akan di balas oleh Nabi.
bagaimana mungkin tak terbalas shalawat kita kepada Nabi Muhammad SAW, Sedangkan setiap amal ibadah pasti akan berhubungan dengan di terima atau tidak.
namun berbeda dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh shalawat yang kita panjatkan akan di terima dalam keadaan apapun, hal ini termasuk dari keistimewaan Shalawat yang Allah SWT berikan kepada Kita.
Semoga kita senantiasa menjadi hamba pilihan Allah SWT dan menjadi ummat yang mencintai dan dicinta oleh Nabi SAW.
Wallahu A'lam.....
Posting Komentar untuk "Tentang Munajah dan Meminta Ampunan Allah Kajian Kitab Nasoihul Ibad Sesi 28"